Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan beribu nikmat kepada kita, diantara nya nikmat iman, nikmat islam, serta nikmat sehat wal'afiat. Shallawat serta sallam kita limpah curahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad Saw. yang telah menuntun kita dari zaman yang penuh kegelapan sampai ke zaman yang penuh terang benderang seperti sekarang ini.
Postingan saya kali ini merupakan syarat dari tugas mata kuliah soft skill Universitas Gunadarma.
Nama : Muhamad Ryan Nuary Firdaus
Kelas : 1KA40
NPM : 15113775
Nama Dosen : Rahmat
Dimensi Hakikat Manusia
Manusia adalah mahluk yang serba terhubung,dengan
masyarakat,lingkunganya, dirinya sendiri, dan tuhan.beerling mengemukakan
sinyalemen heinemann bahwa pada abad ke- 20 manusia mengalami krisis
total.disebut demikian karena yang dilanda krisis bukan hanya segi-segi tertenu
dari kehidupan seperti krisis ekonomi,krisis energi,dan sebagainya,melaikan
yang krisis adalah manusia sendiri.dalam krisis total manusia mengalami krisis
hubungan dengan masyrakat,dengan lingkunganya,dengan dirinya sendiri,dan dengan
tuhannya.tidak ada hubungan pengenalan,pemahaman dan kemesraan dengan sesama
manusia.ini lah yang melanda manusia sehingga manusia semakin jauh dari
kebahagian.
Dalam hubugan ini,pendidikan mempunyai peranan penting sebagai
wahana untuk mengantar peserta didik untuk mencapai
kebahagiaan.yaitu dengan jalan membantu mereka meningkatakan kualitas
hubungannya dengan dirinya,lingkunganya,dan tuhannya.untuk menciptakan rasa
kebersamaan dengan individu lain nya,rasa menghormati,serta menjalin hubungan
yang baik,maka diperlukan dimensi-dimensi didalam kehidupan sehari-hari agar
terciptanya manusia yang sempurna dan berahklah yang baik.dimensi-dimensi
tersebut itu ialah.
1). Dimensi Individu
Dimensi individual adalah keperibadian seseorang yang merupakan suatu
keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (indevide). Seorang pakar pendidikan M.J.Lavengeld mengatakan
bahwa setiap orang memiliki individualitas,maksudnya dua anak kembar yang
berasal dari satu telur yang lazim dikatakan seperti pinang dibelah dua dan
sulit dibedakan satu dan yang lain hanya serupa tetapi tidak sama apalagi
identik. hal ini berlaku
pada sifat-sfat fisiknya maupun hidup kejiwaannya (kerohaniannya).
Setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan
bandingannya) dengan adanya individualitas itu setiap orang memiliki
kehendak,perasaan,cita-cita, kecenderungan, semangat,dan daya tahan yang
berbeda.contoh sederhananya saja dua oarang murit sekelas yang mempunyai nama
yang sama tidak pernah bersedia untuk di samakan satu sama lain,arti katanya masing-masing
ingin mempertahankan ciri-ciri khasnya sendiri,gambaran tersebut telah
dikekemukakan oleh fancis galton seorang ahli biologi dan matematika
inggris,dari hasil penelitiannya banyak pasangan kembar satu telur ternyata
ternyata tidak sepasang pun yang identik atau sama sifat dan kepribadiannya.
M.J.Lavengeld menyatakan bahwa setiap anak memiliki dorongan
untuk mandiri yang sangat kuat,meskipun disisi lain pada anak terdapat
rasa tidak berdaya,sehingga memerlukan pihak lain(pendidik) yang dapat dijadikan
tempat bergantung untuk memberi perlindungan dan bimbingan,sifat-sifat
sebagaimana di gambarkan diatas yang secara potensial telah dimiliki sejak
lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidika agar bisa menjadi
kenyataan,sebab tanpa dibina melalui pendiidikan,benih-benih individualitas
yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian yang
unik akan tetap tinggal laten.serta kesanggupan untuk memikul tanggung jawab
sendiri merupakan ciri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada
diri manusia.dengan kata lain kepribadiaan seseorang tidak akan terbentuk
dengan semestinya,sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadiaan yang
khas sebagai miliknya.jika terjadi hal demikian seorang tidak memilki
kepribdian yang otonom dan orang seperti ini tidak akan memilki pendirian serta
mudah dibawa oleh arus masa,padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu
peserta didik untuk membentuk keribadianya atau menemukan ke mandiriannya
sendiri.pola pendidikan yang bersifat demokratis di pandang cocok untuk
mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas seseorang.
2). Dimensi Kesosialan
Dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada
dorongan untuk bergaul,dengan adanya dorongan untuk bergaul,setiap orang ingin
bertemu sesamanya. Manusia dilahirkan sebagai suku bangsa tertentu dengan adat
kebudayaan tertentu pula.
Sebagai anggota suatu masyarakat, seseorang berkewajiban untuk berperan dan menyesuaikan diri serta bekerja sama dengan masyarakat.masih banyak contoh-contoh lain yang menunjukan betapa dorongan sosialitas tersebut demikian kuat tanpa orang menyadari sebenarnya ada alasan yang cukup kuat.seorang filosof Immanuel Kant menyatakan manusia hanya menjadi manusia jika berada diantara manusia,maksudnya tidak ada seorang manusia pun yang dapat hidup seorang diri tanpa membutuhkan orang lain.
Sebagai anggota suatu masyarakat, seseorang berkewajiban untuk berperan dan menyesuaikan diri serta bekerja sama dengan masyarakat.masih banyak contoh-contoh lain yang menunjukan betapa dorongan sosialitas tersebut demikian kuat tanpa orang menyadari sebenarnya ada alasan yang cukup kuat.seorang filosof Immanuel Kant menyatakan manusia hanya menjadi manusia jika berada diantara manusia,maksudnya tidak ada seorang manusia pun yang dapat hidup seorang diri tanpa membutuhkan orang lain.
Seorang dapat mengembangkan kegemarannya,
sikapnya,cita-citanya didalam interaksi dengan sesamanya.seseorang
berkesempatan untuk belajar dari orang lain,mengidentipikasi sifat-sifat yang
dikagumi dari orang lain untuk di milikinya,serta menolak sifat-sifat yang
tidak dicocokinya.hanya didalam berintraksi dengan sesamanya,dalam saling
menerima dan memberi,seseorang menyadari dan menghayati Kemanusiaannya.banyak
bukti bahwa anak manusia tidak akan menjadi manusia bila tidak ada berada
diantara manusia.
3). Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan lebih
tinggi.akan tetapi dalm kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat
yang pantas jika didalamyang pantas atau sopan itu misalnya terkandung
kejahatan terselubung. dimensi
kesusilaan disebut juga keputusan yang lebih tinggi.kesusilaan diartikan
mencakup etika dan etiket.etika adalah (persoalan kebaikan ) sedangkan
etiket adalah (persoalan kepantasan dan kesopanan ). pada hakikatnya manusia
memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila,serta
melaksanakannya.sehingga dikatakan manusia itu makhluk susila.persoalan
kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai kehidupan.Susila
berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih
sempurna.
Manusia dengan kemampuan akalnya memungkinkan untuk
menentukan sesuatu manakah yang baik dan manakah yang buruk, manakah yang
pantas dan manakah yang tidak pantas.Dengan pertimbangan nilai-nilai budaya
yang dijunjungnya memungkinkan manusia untuk berbuat dan bertindak secara
susila.Drijarkara mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki
nilai-nilai,menghayati,dan melaksanakan nilai tersebut dalam
perbuatan.Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh
manusia karena mengandung makna kebaikan,keluhuran,kemulian dan
sebagainya,sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup.Pendidikan
kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan kewajiban
disamping hak pada peserta didik.
4). Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius.beragama
merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga
memerlukan tempat bertopang,agama menjadi sandaran vertikal manusia. dan Manusia adalah mahluk
religius yang dianugerahi ajaran-ajaran yg dipercayainya yang didapatkan
melalui bimbingan nabi demi kesehatan dan keselamatannya.Manusia sebagai mahluk
beragama mempunyai kemampuan menghayati pengalaman diri dan dunianya menurut
agama masing-masing.
Pemahaman agama diperoleh melalui pelajaran agama, sembahyang, doa-doa maupun meditasi, komitmenaktif & praktekritual.
Pemahaman agama diperoleh melalui pelajaran agama, sembahyang, doa-doa maupun meditasi, komitmenaktif & praktekritual.
Jauh dekatnya hubungan ditandai dengan tinggi rendahnya keimanan
dan ketaqwaan manusia yang bersangkutan.Di dalam masyarakat Pancasila, meskipun
agama dan kepercayaan yang dianutnya berbeda-beda, diupayakan terciptanya
kehidupan beragama yang mencerminkan adanya saling pengertian, menghargai,
kedamaian, ketentraman, & persahabatan.
Sekian postingan saya kali ini, bila ada salah dalam penggunaan kata maupun materi yang kurang berkenan, mohon dimaafkan.
Terima Kasih.
0 komentar:
Posting Komentar